Jumat, 23 Juli 2010

12 Hal yang Sebaiknya Anda Pelajari Saat 22 Tahun

Waktu berlalu dengan cepat. Tampaknya baru kemarin kita berusia 12 tahun, sedang bermain sepeda di sekitar rumah. Saat berusia 22 tahun, banyak yang memutuskan untuk menikah dan berhenti sekolah, dan dengan uang pinjaman yang ada, banyak yang berpikir akan menjadi milioner saat berusia 30 tahun. Atau sejelek-jeleknya usia 35 tahun. Namun pada realitanya, segala sesuatu tidak berjalan semulus rencana.

Jika saat ini anda berusia 40 tahun, ada beberapa hal yang sebaiknya anda katakan kepada diri anda yang sedang berusia 22 tahun.

1. Selesaikan pendidikan anda.
Jangan berhenti. Mungkin anda merasa bosan sekarang, namun jangan sampai anda berada pada situasi dimana anda tidak menyukai pekerjaan anda, namun anda tidak dapat berhenti. Menyelesaikan gelar sarjana akan membukakan anda pintu terhadap lebih banyak kesempatan.

2. Uang tidak membusuk, simpanlah.
Mulailah berinvestasi sejak dini. Berapa banyak barang yang anda miliki untuk menunjukan jumlah uang yang anda habiskan semasa sekolah dan kuliah? Jika anda investasikan separuhnya saja, anda akan memiliki banyak pada masa paruh baya anda. Berinvestasilah sejak dini.

Keteladanan

Di antara hingar bingar berita kasus Bank Century, berita kontroversi Mantan Kabareskrim Susno Duadji, dan juga berita tentang mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani, ada satu berita yang membuat saya gusar dan tak habis pikir. Berita tentang pembangunan vila-vila di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, Bogor.

Ramai diberitakan banyak vila di sana yang tidak memilki izin. Padahal vila-vila itu berdiri di atas kawasan taman nasional yang dilindungi undang-undang. Di dalam berita itu disebutkan beberapa nama pemilik vila yang selama ini dikenal sebagai tokoh dan pemimpin.

Tapi bukan urusan perizinan itu yang membuat saya gusar dan prihatin. Melainkan alasan yang diberikan para pemilik vila. Alasan yang sampai detik ini mengganggu logika dan akal sehat saya. Seorang pemilik vila bersikukuh vilanya tidak melanggar aturan. Menurut sang pemilik vila yang mantan menteri, dia sudah lama mengajukan izin pendirian bangunan kepada Pemkab Bogor. Namun izin tak kunjung diberikan.

Lalu mengapa dia tetap membangun walau tanpa ijin? Alasannya sungguh mencengangkan. Menurut dia, tindakannya tidak salah karena di kiri dan kanan lokasi sudah banyak vila yang berdiri. “Mereka juga membangun tanpa izin,” ujar sang mantan menteri yang notabene  berpendidikan tinggi dan mengerti hukum.

Jika logika berpikir sang mantan menteri ini diikuti, akal sehat kita pasti jungkir balik. Bayangkan, suatu ketika