Kamis, 01 April 2010

Susahnya jadi musisi (ribetnya punya band)

I. EGO

Gue sengaja menempatkan judul ini paling atas karena inilah faktor utama yang menyebabkan band amatiran ataupun yang sudah profesional hancur atau retak. Maklum, salah satu penyakit utama manusia adalah merasa dirinya paling penting, paling nomor satu, harus diperhatikan, paling berkuasa, dan paling dominan atau dengan kata lain kalau dilarutkan menjadi EGO.

Di sini musisi harus benar-benar meredam egonya karena kalau tidak mau sampai kapan dia bisa menghasilkan lagu yang bermutu. Ketika bergabung atau terlibat atau mendirikan band, yang paling utama, kita harus punya prinsip kalau kita harus memberikan yang terbaik untuk band, termasuk bagaimana caranya supaya semua personil dan pihak-pihak yang terlibat di dalam band dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Beda pendapat pasti selalu terjadi di dalam band. Untuk mengelolanya, jangan pernah menghakimi suatu pendapat, tetapi kumpulkanlah semua pendapat yang ada, buanglah yang tidak berguna, satukan yang bermanfaat untuk band dan pada akhirnya akan memberi dampak yang positif bagi band itu sendiri.

Bagi musisi yang terlibat di dalam band, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Kita harus mengetahui siapa leader dari band yang bersangkutan. Biasanya band leader mendominasi pembuatan lagu (lirik dan musik) dan 80% dari suaranya harus didengar. Maksudnya, kita harus taat dan patuh pada mereka (bukan berarti kita hanya manut-manut saja dan tidak kritis) demi kelancaran band.
Ketika dalam proses pembuatan lagu, kita sebagai personil harus tahu posisi kita masing-masing (baik itu sebagai gitaris, bassist, drummer dan sebagainya). Untuk lebih mudahnya, ini ada beberapa contoh kasus yang harus dihindari, yaitu:
Seorang gitaris yang menyetel volume amplinya terlalu keras sehingga bagian vokal tidak terdengar jelas.
Ketika rekaman, seorang musisi mengambil hampir semua bagian dalam lagu (tema, reff, solo, dan sebagainya) sehingga personil lainnya tidak kebagian dalam pengisian selanjutnya.
Dalam membawakan lagu, seorang musisi mengambil solo atau melodi melebihi porsi yang ditentukan atau bahkan tidak pada tempatnya.
Untuk musisi yang berperan sebagai leader di bandnya, ada beberapa hal yang juga harus dicermati:

Ketika menjadi leader, bukan berarti sayalah segala-galanya. Justru itu kita harus selalu merendahkan hati kita karena tidak semua masukan dari personil kita itu menyudutkan diri kita. Bahkan maksud mereka adalah untuk kebaikan band kita itu sendiri. Pendapat apapun harus selalu kita tampung.
Dalam pembuatan lagu, kita sebaiknya harus memberi kesempatan kepada personil kita untuk mengeluatkan seluruh kemampuan terbaik yang mereka miliki. Kalau kita bisa menyatukannya, percayalah lagu yang dihasilkan menjadi dahsyat dan band elo memiliki sinergi yang kuat.
Jadi, inti dari poin pertama ini kalo gue ringkas adalah rendahkan hati elo dan kesuksesan dari band elo terjadi bukan karena hasil keringat elo sendiri saja, melainkan juga karena andil para personil elo dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

II. KOMITMEN

Mmm, komitmen, atau juga totalitas juga tak bisa dipisahkan begitu saja dari faktor sukses atau tidaknya suatu band. Komitmen berarti seorang musisi harus mencurahkan tenaga, pikiran dan waktunya secara penuh kepada band-nya. Seharusnya musisi itu jangan pernah main-main dengan komitmennya karena di dalam band, jika ada satu orang saja yang tidak memiliki komitmen, mustahil band tersebut akan berjalan dengan lancar dan bahkan biasanya (udah sering terjadi) berakhir dengan bubarnya band tersebut.

Ketika band tersebut membutuhkan musisi tersebut, dia harus selalu siap kapan dan di mana saja. Untuk lebih jelasnya lagi, gue pakai beberapa contoh kasus yang bisa menjadi penghambat bagi musisi untuk menunjukkan komitmennya pada band yang bersangkutan:

a.) Faktor Ekonomi

Gue sering sekali menjumpai musisi yang bergabung dalam suatu band hanya karena lagunya dianggap komersil dan laku di pasar tanpa memperhatikan kualitas dari lagu-lagu yang dibuat. Pokoknya mereka hanya tertuju pada nominal semata, yaitu uang. Trus kalo bergabung dengan band yang musiknya idealis dianggap tidak menghasilkan uang. Bahkan, yang lebih parah lagi ada musisi yang menuntut haknya secara frontal yaitu upah atau bayaran tanpa melihat kondisi band yang bersangkutan. Puji syukur kalo band tersebut adalah band ternama, coba kalo bandnya adalah band amatiran atau yang baru merintis. Mau dikasih apa musisi tersebut? air tajin? nasi aking? Gue tidak bermaksud menganggap tujuan musisi bergabung dalam band adalah uang adalah salah. Benar kan kita butuh uang untuk hidup karena kita adalah musisi profesional dan kita layak mendapatkan bayaran yang sesuai dengan profesi kita yang mulia ini. Yang harus diubah adalah motivasi musisi itu sendiri.

Musisi yang benar adalah kalo alasan dia bergabung dalam suatu band adalah dia mencintai profesinya dan dia menganggap materi lagu yang dimiliki band tersebut memiliki kualitas yang tinggi tanpa mempersoalkan apakah musiknya komersil atau idealis. Ada juga musisi yang bergabung dalam suatu band hanya karena band tersebut dianggap bermodal atau memiliki dana yang kuat. Coba kalo band itu kere alias modal dengkul, mana ada yang tertarik? tapi jangan salah, band-band yang kere biasanya memiliki materi lagu dengan kualitas yang tinggi walaupun hanya beberapa saja dan ada band yang bermodal tapi maaf, materi lagunya kampungan alias asal jadi. Gue menanggapi kasus seperti ini hanya bilang kalo orang tersebut salah memilih profesi. Lebih baik dia jadi pengusaha aja karena tujuannya hanyalah mencari keuntungan saja. Gue hanya bilang kalo ingin menjadi musisi, pikirkanlah secara matang karena di musik elo dituntut untuk berkarya, bukan hanya untuk mencetak uang saja dan komitmennya juga tidak ringan.

b.) Faktor Popularitas

Nah ini dia banyak sekali kasus yang berhubungan dengan faktor ini. Banyak orang yang memilih profesi sebagai musisi hanya supaya bisa menjadi terkenal. Gak peduli lah yang penting gue terkenal. Pokoknya gimana caranya biar supaya gue jadi terkenal, bisa masuk TV (kalo masuk kulkas jadi sosis dong). Jalan apa saja gue halalkan yang penting gue bisa terkenal hanya dalam waktu yang singkat. Puji syukur kalo bandnya terkenal, yah kalo kagak, kecewalah dia dan melempem sudah semangatnya dan cerita akhirnya seperti apa? yah kalian udah tahu lah jadi gue gak perlu panjang lebar untuk menjelaskannya lagi. Gue kasihan sama musisi seperti ini karena sangat naif sekali dan komitmennya nyaris gue anggap gak ada. Kasihan juga dengan band yang memiliki musisi seperti di atas. Hancur gitu loh. Makanya, elo memilih profesi sebagai musisi karena cinta elo di musik sangat besar dan karena elo murni ingin menghasilkan karya dalam bentuk musik.

c.) Faktor Kepentingan

Maksud gue di dalam faktor ini adalah adanya kepentingan lain dalam diri musisi itu sendiri selain kepentingannya di musik itu sendiri selain kepentingannya di musik. Misalnya, ada musisi yang memiliki pekerjaan sampingan selain di band yang bersangkutan. Jadi waktu mereka harus terbagi di pekerjaan sampingannya dan di band. Seringkali ini menjadi dilema tersendiri bagi musisi karena kalo pekerjaan sampingannya itu full-time job dan di ujung jalan dia benar-benar harus memilih apakah dia tidak bermusik lagi dan memilih pekerjaannya atau dia memilih full-time di musik. Gue setuju kalo bandnya belum menghasilkan pendapatan, musisi tersebut harus memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saran gue, kalo orang tersebut merasa gak ada gairah di musik lagi, lebih baik dia keluar saja dan mencari pekerjaan tetap yang layak. Trus kalo ada musisi yang ingin kegiatannya di musik tidak terganggu, masukan gue sih adalah carilah pekerjaan sampingan yang tidak jauh dari dunia musik, misalnya pengajar musik atau penjaga toko alat musik atau cari pekerjaan jenis part-time job seperti gue sekarang ini yang mengambil part-time English tutor di KUMON sehingga kegiatan musik gue sama sekali tidak terganggu. Jadi pertimbangkanlah matang-matang jika elo memilih profesi sebagai musisi.

d.) Keluarga

Gue tidak bermaksud untuk menyudutkan mereka ini, tetapi seringkali orang-orang yang tercinta yang adalah keluarga kita sendiri suka menganggap profesi musisi tidak menghasilkan banyak uang dan prospeknya di masa depan tidak jelas. Hal inilah yang sering melunturkan bahkan menggoyahkan komitmen musisi itu sendiri. Apalagi kalo bapak atau ibu atau abang atau adik atau saudara kita tidak henti-hentinya mendoktrin kalo jadi musisi tidak memiliki masa depan yang cerah. Semakin jatuhlah mental kita ini. Caranya untuk mengatasi kondisi seperti ini adalah semakin banyak tekanan yang ditujukan ke diri elo, elo harus semakin menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh pada musik, yaitu selain dengan latihan yang keras, elo harus selalu mengingatkan kepada keluarga elo kalo tujuan gue bermusik untuk kebaikan kita semua di kemudian hari dan berikanlah informasi yang positif mengenai musik kepada mereka. Bagaimanapun juga, dukungan moral keluarga kita mutlak diperlukan karena itu merupakan bagian dari kesuksesan kita sebagai musisi.

e.) Wanita

Mahkluk ciptaan Tuhan ini suka sekali membuat kaum Adam mudah terlena. Apalagi kalo dibumbui dengan cinta, segalanya bisa berubah dalam waktu sekejap. Sering gue jumpai musisi yang kalo lagi merasakan panasnya bara cinta dengan cewek, komitmennya di band menjadi sedikit terhambat. Untuk mengatasinya, bilang saja ke doi kalo komitmen gue di musik adalah selain gue ingin menghasilkan karya, juga untuk kebaikan elo di kemudian hari (bagus kalo langgeng, coba kalo putus). Mudah kan?

f.) Drugs and Alcohol

Aduh, yang ini benar-benar biang kerok hancurnya band, bahkan karir musisi itu sendiri. Biasanya musisi memakai drugs dan minum alkohol untuk menunjukkan kalo dia itu cool padahal tanpa disadari kalo barang-barang setan itu secara perlahan menghancurkan dirinya bahkan karirnya di musik. Udah deh, buang tuh segala barang-barang setan tersebut dari hadapan elo karena karya lagu yang bermutu terbentuk dari hasil pemikiran elo, bukan drugs dan alcohol.

III. VISI

Jika elo udah punya band, pastikan band elo telah memiliki visi yang jelas untuk ke depan. Ini penting juga karena visi band elo itu adalah dasar dari kenapa band elo ada di dunia ini. Contoh gampangnya gini aja deh, elo punya band A yang memilih fusion sebagai aliran musik dasar untuk band elo. Serta band elo sepakat untuk mengutamakan art atau seni yang berkualitas dibanding nilai jual di pasar. Kalo hal di atas itu sudah menjadi visi yang tetap di band elo, elo harus sepakat dengan band elo tersebut dan berani menerima konsekuensinya.

Soalnya ada kasus yang terjadi dengan kondisi di atas, bukan satu dua lagi, tapi banyak, bo. Begini, teman gue pernah bergabung dengan band yang aliran musiknya progressive rock. Pada awalnya gue perhatikan ini band baik-baik saja dan kelihatannya memiliki prospek yang baik ke depannya. Ternyata, pas gue ketemu dia untuk sekadar main ke tempatnya, dia berkeluh kesah kalo bandnya terlalu idealis dan berfokus pada musik progressive melulu. Dia berharap bisa bikin lagu-lagu yang komersil atau dengan kata lain bisa laku di pasaran. Dari ceritanya dia aja walaupun gak sampai 100% kelar, gue udah tangkap intinya kalau ini anak mulai tidak sreg dengan visi bandnya. Dia tidak paham kalo bandnya lebih mengutamakan musik yang seninya tinggi, apalagi musik progressive rock memiliki segmen pasar yang jumlahnya tidak sebanyak segmen pasar untuk musik pop. Akhirnya teman gue ini semangatnya di musik semakin mengendur dan setahun kemudian dia keluar dari band tersebut. Emang setelah melihat kasus di atas, seringkali musisi tidak paham atau kagak mudeng atau bahkan ngeyel ketika terlibat atau memiliki band. Udah tahu aliran musik yang disepakati adalah A, malah mau ganti ke B. Biasanya kalo masalah kayak begini gak bisa diselesaikan, bukannya menciptakan karya lagu, malah tusuk-tusukkan deh mirip Israel dengan Palestina dan pasti berakhir dengan kehancuran.

Solusi gue sih begini, misalnya gue punya band B yang aliran musiknya dangdut, setiap personil pasti punya latar belakang musik yang berbeda dan suruh mereka untuk keluarkan seluruh potensi terbaik mereka ketika membuat atau menyusun lagu. Larutkan musik-musik mereka, baik itu jazz, rock, classic, etnik dan sebagainya hingga menjadi lagu dangdut dengan karakter musik band B yang khas. Gue tahu proses seperti ini tidak mudah dan memakan waktu yang cukup lama tetapi kalo semua personil (termasuk leadernya) sehati, pasti band B bisa menjadi band yang memiliki sinergi yang kuat dan bahkan terdahsyat di planet ini. Kalo ada salah satu personil yang memiliki ide konsep lagu yang tidak pas untuk band B, gue izinkan dia (bahkan untuk yang lainnya) untuk membuat band lain. Gue sangat senang sekali kalo wawasan musik personil gue bisa berkembang dengan berani memainkan segala macam aliran musik. Atau dengan kata lainnya, kalo elo punya band A yang beraliran fusion, dan elo pengen juga membuat lagu-lagu yang beraliran pop, bikin aja band C dan jangan pernah dicampuraduk, maksa atau katro jadinya nanti.

Gue juga punya teman yang bandnya biasa memainkan progressive metal, dan pas mereka menyelesaikan album perdana mereka, lagu-lagunya ketika gue dengerin ternyata walaupun permainan mereka cukup rapi, musiknya jadi kagak tahu ke mana arahnya, ke progressive tanggung, ke pop juga setengah hati. Logikanya, kalo elo makan es krim rasa Strawberry dan dikasih ayam kalio, bayangin aja tuh rasanya gimana.

Selain itu masih ada kaitannya sedikit dengan visi, satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah perencanaan atau planning. Bagi musisi yang punya band, pastikan band elo punya perencanaan atau dengan kata lain program kerja yang jelas. Biasanya dibagi dua tuh, yaitu perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek, misalnya latihan band atau individu secara berkesinambungan, pembuatan dan pematangan materi lagu, manggung di event-event kecil, dan sebagainya. Trus untuk jangka panjangnya adalah membuat tim manajemen, menjalin hubungan dengan beberapa pihak yang terkait di musik, mencari event-event yang penting, dan sebagainya. Ketika membuat perencanaan, sah-sah saja kalo kita punya impian. Tetapi, buatlah menjadi perencanaan yang realistis dan mudah dimengerti. Ada band teman saya yang punya keinginan kuat untuk go international dan ingin berkarir di luar negeri. Setelah gue perhatikan, ternyata band teman saya ini sama sekali tidak memiliki perencanaan yang matang dan yang ada band tersebut pecah dan hanyalah AsBun (Asal Bunyi) aja. Dengan perencanaan juga, band tetap berada di dalam koridornya dan tidak akan keluar dari rel-nya.

IV. MANAJEMEN

Jika elo memutuskan untuk bikin band dan serius di musik, poin ini sangat vital sekali karena inilah salah satu faktor yang menentukan sukses tidaknya band elo, bahkan karir elo di musik itu sendiri. Logikanya aja deh, manajemen ibarat tubuh kita sendiri. Mata untuk melihat, hidung untuk mencium atau bernafas, tangan untuk meraba atau mengambil dan setiap anggota tubuh memiliki peran yang berbeda tetapi tujuannya satu, supaya manusia bisa melakukan aktivitas sehari-harinya dengan mudah.

Manajemen mutlak sangat diperlukan supaya setiap pekerjaan dilakukan sesuai dengan jalur yang ditetapkan dan pada akhirnya bisa mencapai sasaran atau goal yang diinginkan. Istiqomah gitu, kagak ke kiri, kagak ke kanan juga. Maksudnya, kalo di dalam suatu band, pekerjaan musisi hanyalah dalam hal kreatifitas saja, yaitu menciptakan dan mematangkan materi lagunya (termasuk membuat album dan melakukan performance) Selain dari itu, tugas-tugas yang berkaitan dengan band seperti mencari event, melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang terkait, menangani pemasaran dan distribusi CD atau kaset, merchandise dan sebagainya harus diserahkan kepada seorang manajer. Orang ini tentunya harus kompeten dan mengerti bisnis karena dialah ujung tombak dari band yang dipegangnya. Dalam tubuh manajer ini, dia juga harus membentuk tim yang akan mendukung pekerjaannya seperti: tour/road manager (yang menangani band ketika tur ke beberapa daerah atau negara, mencari akomodasi, survei tempat event, dan sebagainya), bagian HRD, bagian keuangan, bagian desain grafis (maksudnya orang ini yang menangani website atau e-mail band yang bersangkutan), bagian pemasaran, dan sebagainya.

Selain manajer, band juga perlu seorang yang berperan sebagai produser. Fungsinya adalah sebagai penyandang dana bagi kelangsungan hidup dari band yang dikelolanya dan sebagai pemberi masukan untuk album dari band yang bersangkutan yang dibuat. Mmm, apa yang dijelaskan di sini emang kelihatannya rumit sekali tapi ini sangat dibutuhkan setiap band di muka bumi ini. Kalo band elo baru merintis, atau amatiran, bikin aja tim manajemen elo dengan ruang lingkup kecil dulu yaitu dengan merekrut seorang manajer dan produser (kalo modal band elo kuat, produsernya bisa elo sendiri, tapi lebih sreg kalo elo merekrutnya apalagi kalo dia punya link yang luas yang berkaitan dengan musik. Silahkan saja). Trus kalo band elo udah mapan dan solid, di dalam manajer itu harus merekrut beberapa orang lagi untuk terlibat dalam tim manajemen, apalagi kalo pekerjaannya semakin kompleks. Jika band tidak memiliki manajemen yang solid, mustahil band tersebut akan terus eksis di musik. Jika band telah memiliki tim manajemen, masing-masing pihak terutama musisi harus mematuhi program kerja yang telah ditetapkan oleh manajernya.

Gue dulu pernah bergabung dengan band beraliran progressive rock yang leadernya tetap kekeh untuk memegang semua kendali bandnya. Bisa dibayangkan, dia itu musisi, sekaligus mencari event, melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang terkait, melakukan distribusi dan pemasaran CD atau kaset albumnya dan sebagainya. Yang ada, yah elo tahu lah, dalam setahun band ini hanya dua kali manggung saja dan pemasaran produk albumnya juga tidak jelas hasilnya. Akibatnya, personil bandnya menjadi frustrasi serta jenuh dan band ini berakhir dengan perpecahan. Jadi sekali lagi, setiap band mutlak harus dikelola dengan manajemen yang baik.

V. KONTRAK KERJA

Untuk band yang udah aktif, kontrak kerja dengan manajer, produser dan pihak-pihak yang terkait mutlak diperlukan supaya bisa menjadi dasar atau platform untuk pelaksanaan di dalam band elo. Selain itu kalian udah tahu aturan main kalian masing-masing jadi kalo ada yang berani melawan atau melanggar akan terkena sanksi atau hukuman yang telah disepakati. Kontrak tersebut biasanya berisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terlibat, pembagian keuntungan, sanksi dan hukuman, dan sebagainya.

Selain kontrak kerja dengan manajer dan produser elo, band elo sendiri juga harus memiliki kontrak kerja di antara personil elo-elo pada. Maksudnya, elo yang terlibat menjadi personil band tersebut mengetahui aturan main kalian masing-masing dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kontrak antar personil band elo itu isinya tidak jauh berbeda dengan kontrak band elo dengan manajer dan produser yaitu: pembagian royalti lagu atau keuntungan, hak dan kewajiban, sanksi dan sebagainya. Sebagai musisi, hal ini emang bukan bagian dari bidang kita ini, tapi sebaiknya elo harus banyak konsultasi dengan orang yang mengerti hukum atau lebih enak lagi kalo dia bisa mendampingi elo untuk mempelajari kontrak yang disodorkan atau dibuat supaya band kalian bahkan diri kalian tidak terjerumus dengan situasi yang tidak menguntungkan di kemudian hari.

VI. KEKELUARGAAN

Gue sengaja menempatkan poin ini karena seringkali musisi yang punya band tidak menyadarinya. Kekeluargaan di band yang dimaksud adalah semua personil yang terlibat dalam band tanpa kecuali harus sama rata, sama rasa, senasib sepenanggungan, sama hati dan kalo perlu sama gilanya juga. Semua personil di dalam band harus saling peduli karena mereka telah menjadi bagian yang memberikan kontribusi yang sangat penting.

Untuk membangun kekeluargaan di band elo, gak usah berpikir yang terlalu tinggi dan kompleks, gini aja deh, cobalah untuk becanda, bikin guyonan, kalo perlu sekalian saling mencela aja ketika band elo lagi ngumpul atau nongkrong. Kalo suasana nongkrong band elo semakin nyaman, percaya deh tanpa disadari hati kalian akan menyatu sampai materi lagu yang kalian buat menjadi berkualitas karena kalian membentuk karakter musik band elo yang lain daripada yang lain. Trus dampak positif dari kekeluargaan yang kuat dalam band elo akan menyebabkan performance kalian di atas panggung menjadi bagus. Atau, kalo lagi menyewa studio untuk latihan, jangan pernah perhitungan deh dengan personil band elo yah kalo ada salah satu personil elo yang tidak bawa atau duitnya kurang, talangin aja dengan hati yang tulus karena ini demi kebaikan untuk band elo sendiri. Trus ketika band elo mau makan di warung atau restoran, lebih baik semua personil band elo duduk satu tempat di warung atau restoran dan jangan ada yang terpencar di lain tempat. Hal-hal kecil inilah yang akan memberi dampak yang cukup signifikan pada hal-hal yang besar dan ingat, jangan pernah anggap remeh ini semuanya. Berikut ini ada dua contoh kasus band yang punya kekeluargaan atau kebersamaan yang kuat dan yang lemah.

Kebetulan band gue sekarang yang aliran musiknya adalah pop, punya kekeluargaan yang cukup kuat. Gue berlima dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan. Pernah band gue sempat vakum beberapa bulan karena kondisi keuangan kita lagi sangat terpuruk. Ketika kita menyewa studio untuk latihan, kita saling menalangi kalo ada kekurangan dalam pembayaran. Trus selama rekaman untuk album perdana, gue sempat belum punya pekerjaan sampingan plus gue bangkrut (alias gak ada duit) dan teman gue berinisiatif untuk menalangi ongkos transport gue dengan tujuan kegiatan rekaman tetap berjalan. Dalam kondisi kami yang porak-poranda, bukannya meratapi nasib, malah kita saling cela-celaan. Kebetulan salah satu personil gue itu orangnya bocor dan doyan becanda. Kalo kita makan, tempat pun gak masalah. Mau warteg, warung indomi atau restoran pun ayo, tidak masalah, bo. Dari situlah gue merasakan kekeluargaan adalah bagian kekuatan dari band elo.

Kasus berikutnya, lagi-lagi deh, untuk band dengan kekeluargaan yang lemah menimpa bekas band gue yang beraliran progressive rock (bukannya gue demen untuk menjelek-jelekkan mereka melulu, dan ini fakta, bukan rekayasa). Ketika gue masih di band tersebut, ketika keluar untuk makan, gue perhatikan kalo ketika makan di warteg, leader band tersebut jarang berada di antara mereka. Bahkan ketika ada acara manggung di luar kota, ketika hampir semua personil memilih untuk makan di warung kecil karena udah benar-benar lapar, si leader memilih untuk take away dan makan di penginapan. Trus ketika personil yang lainnya kekurangan stok makanan dan uang, si leader malah cuek bebek aja dan lebih memikirkan dirinya sendiri. Kalo band ini sedang latihan, mereka berlatih dengan ruangan tersendiri dan emang digabung ke dalam satu mixer sehingga mereka bisa mendengarkan satu sama lainnya. Gue pernah merasakan kondisi di atas, seperti elo gak punya band, yah latihan sendiri-sendiri gitu. Dampak negatif dari lemahnya kekeluargaan dalam bekas band gue ini yah elo bisa nebak sendiri lah soalnya gue gak mau bercerita banyak di sini karena akhir kisahnya sangat, sangat menyedihkan. Persahabatan yang tadinya terjalin dengan indah, berakhir dengan luluh lantah seperti diserang oleh rudal-rudal Israel (lah, kok jadi melibatkan mereka sih). Gue jamin 100% beneran, jika band memiliki kekeluargaan atau kebersamaan yang kuat, band tersebut akan menjadi cikal bakal band yang akan diperhitungkan dalam tingkat atas. Untuk band yang tidak memiliki kekeluargaan yang solid, pasti akan terjadi kesenjangan di antara personil dan umur band ini pasti tidak akan lama. Bersatu kita kuat, bercerai kita runtuh.

VII. MENTALITAS

Mentalitas, mentalitas, ya! poin berikutnya ini juga merupakan salah satu modal yang dimiliki oleh musisi sehingga dia bisa tetap bertahan atau survive dalam karirnya. Bukan hanya mampu bertahan aja, tapi dia semakin matang, dewasa dan mampu menghasilkan karya seni yang abadi serta dikenang sepanjang masa. Ini bukan omong kosong loh, tanyakan saja ke Steve Vai, King Crimson, Slank dan musisi-musisi ternama yang sukses kalo gak percaya.

Berikut ini ada beberapa hal yang tentunya saling berkaitan dalam masalah mentalitas ini, yaitu:

a.) Tahan Banting atau Tidak Cengeng atau Manja

Cengeng di sini artinya bukan mengeluarkan air mata. Maksudnya jika menemui hambatan atau cobaan, bukan berarti komitmen untuk band semakin memudar. Ketika latihan di studio, cuaca buruk atau gak ada transport bukan alasan untuk tidak ikut latihan, atau hanya berdasarkan mood kita aja (itu yang lebih parah lagi). Ketika manggung dalam suatu event dan didapati ada dua kondisi yang tidak mendukung, yakni band tersebut tidak dibayar atau kondisi sound system tidak memadai, apakah elo langsung mengundurkan diri begitu aja? kalo band elo adalah band ternama, sah-sah aja kalo elo keberatan karena elo udah pernah melaluinya, coba kalo band elo masih amatiran, justru kondisi tersebut haruslah menjadi tantangan bagi elo untuk memberikan yang terbaik walaupun dalam kondisi yang terburuk pun.

Gue jadi teringat nih ama leader dari band gue yang terdahulu. Orang ini manja banget dan demen pilih-pilih. Dia maunya kalo manggung harus di event-event yang ternama, harus dibayar dan sound system harus bagus serta sesuai dengan yang diinginkannya. Salah satu dari persyaratan di atas tidak ada, dia tidak mau main. Dia gak sadar kalo band yang dipimpinnya ini adalah band yang baru merintis atau dengan kata lain amatiran, bo. Jika band elo adalah band yang tidak bermodal alias band elo itu kere, apakah semangat elo jadi luntur dan ogah-ogahan untuk latihan? justru dalam kondisi yang tidak menguntungkan inilah elo harus memecut diri elo untuk bangkit. Apalagi ditambah dengan cercaan, hinaan dan diremehkan oleh keluarga elo sendiri bahkan oleh orang-orang yang mengenal elo secara dekat, apakah diri elo semakin mengkeret aja? buktikan ke banyak orang kalo elo adalah musisi sejati. Elo bisa menghasilkan karya seni yang bermutu. Justru semakin elo dihajar, elo harus bangun dan berdiri tegak. Tetaplah latihan secara individu atau dengan band elo tanpa henti. Musisi yang ternama (bukan dengan cara instan loh) telah melewati semua halangan dan rintangan yang ada (bahkan telah lulus ujian) dan karya musik mereka selalu diperhitungkan secara luas. Percaya aja deh, yuk, ya yuk !!!

b.) Tidak Tersinggung

Tersinggung di sini artinya adalah elo tetap ngotot dengan pendirian elo dan tidak mau dikritik. Punya prinsip itu bagus, bagus buat dasar elo dalam menjalani kehidupan elo, tapi bukannya berarti elo menutup diri terhadap segala masukan yang positif. Kebetulan penyakit orang Indonesia yang salah satunya adalah tidak mau dikritik. Memang kritik menjadi tidak enak diterima karena kebanyakan cara penyampaiannya yang salah. Tapi seringkali dibalik kritik yang menyakitkan itu justru menyadarkan diri elo untuk menjadi lebih baik lagi. Cobalah untuk berusaha terbuka dan berjiwa besar ketika menerima kritik.

Gue pernah dikritik oleh dua musisi ternama ketika mengikuti suatu acara klinik musik. Mereka bilang kalo permainan gitar gue masih jalan di tempat dan perlu berlatih keras lagi. Awalnya gue terhenyak dengan kritik tersebut dan setelah berpikir akhirnya gue malah bersyukur justru mereka sangat peduli dengan gue dan berharap permainan gitar gue bisa lebih baik lagi.

c.) Tulus atau Tidak Munafik

Musisi yang sukses adalah musisi yang menjalani profesinya dengan hati yang tulus semata-mata karena dia mencintai musik dan ingin terus menciptakan karya yang bermutu, dia tidak peduli apakah bandnya itu kere atau berduit, mau komersil kek, mau idealis kek, dia gak peduli akan aliran musik yang diusung, atau ketika salah satu personil bandnya terjatuh, dia akan mengangkatnya dan menaikkan moral atau spirit bandnya, dia juga tidak menuntut banyak hal baik itu bayaran, royalti ,dan sebagainya. Jika musisi tersebut tidak ridho dalam menjalani profesinya, gue yakin 100% karir musiknya akan tamat.

VIII. PERILAKU atau ATTITUDE

Akhirnya gue berada pada poin yang satu ini setelah berpetualang ria dengan beberapa poin sebelumnya di atas. Poin yang letaknya paling bontot ini menjadi penentu berhasil atau tidaknya seorang musisi dalam karirnya. Seringkali mereka tidak menyadari mengapa karirnya di musik terhambat atau bahkan berhenti di tengah jalan. Mudah dikatakan, sukar dalam pelaksanaannya, itulah Perilaku atau Attitude yang dimaksud di sini. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang musisi untuk merenungkan kembali apakah perilakunya selama ini benar atau tidak.

a.) Arogan

Ini merupakan godaan utama bagi musisi di manapun mereka berada. Jika egonya memuncak, mereka seakan merasa dirinya paling jago, paling mampu, paling nomor satu,pokoknya paling segala-galanya dia dan yang lainnya dianggap gak ada apa-apanya. Kasihan musisi yang satu ini, dia tidak menyadari kalo keberhasilannya selama ini bukan karena usaha dia sendiri saja. Manajer, produser, rekan bandnya bahkan kru panggung sekalipun banyak memberikan kontribusi yang tidak main-main terhadap karirnya. Ayo apalagi, bahkan dukungan moral dari keluarga dan sahabatnya serta guru musiknya yang dahulu memberikan ilmu kepada dia tanpa kenal lelah. Coba kalo semua faktor yang baru saja gue sebut di atas sama sekali tidak ada, diri dia gak ada apa-apanya. Musisi yang arogan juga tidak menyadari setiap musisi yang ada di dunia ini memiliki karakteristik musik dan permainan yang berbeda dan justru musik diciptakan untuk menghargai perbedaan yang indah, bukan sebagai kompetisi yang menentukan siapa yang terhebat dan menjadi pemenang.

Selain itu juga, arogansi yang timbul dari diri musisi itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Dia akan banyak berhubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan karirnya di musik, seperti: pihak label rekaman, event organizer, wartawan, dan sebagainya. Nah, kalo mereka melihat diri elo sebagai orang yang arogan, siap-siap aja kalo mereka semakin tidak menghormati elo, bahkan mereka tidak mau untuk menjalin relasi dengan elo (apalagi kerja sama. Gak la yauh) lagi. Ada satu contoh kasus dari poin ini dan lagi-lagi menimpa leader dari bekas band gue yang dulu. Si leader ini sebenarnya orangnya berbakat di musik dan gue suka dengan ide musiknya yang unik dan inovatif. Tapi yang selalu bikin gue gak tahan adalah perilakunya yang sudah sangat kelewatan, yaitu suka mengumbar atau boasting. Setiap kali ketemu temannya atau bahkan orang yang baru dikenalnya, tanpa malu-malu dia selalu menyerocos kalo dia dan bandnya adalah yang terdepan dan topiknya selalu dia dan bandnya. Awalnya gue dengerin satu atau dua kali aja dan gue tolerir deh. Tapi, lama-kelamaan setelah gue bergaul dengan dia, kok kayak jadi kebiasaan sih, bahkan tanpa mengenal malu lagi. Dia selalu mengatakan dan berkata kalo bandnya adalah yang terhebat dan terbaik dari apapun juga. Walhasil? banyak orang yang menjauh dari dia hanya karena arogansinya yang sudah kebablasan dan bahkan pihak event organizer tidak tertarik untuk memanggil bandnya untuk tampil. Akibat yang fatal dari tabiatnya yang buruk ini adalah timbulnya perpecahan di dalam bandnya dan akhirnya band teman gue ini macet di tengah jalan.

Nah, bagi elo yang berprofesi sebagai musisi mau karir elo berakhir seperti contoh kasus di atas tersebut? Gak kan? Rendah hati dan selalu tersenyum ketika bertemu siapa saja (jangan lebih dari 10 menit, nanti dikira calon Sumber Waras) adalah modal awal yang paling penting yang dapat menentukan sukses atau tidaknya elo sebagai musisi. Sadar dong, elo adalah mahkluk ciptaan Tuhan, jadi elo gak bisa melebihiNya, bahkan elo juga tidak jauh dari kelemahan dan kekurangan. Kalo elo selalu merendahkan hati elo dan selalu murah senyum terhadap siapapun juga, percayalah kalo elo adalah calon musisi yang akan disegani semua orang. Makanya, jadi kacang tidak boleh lupa ama kulitnya.

b.) Disiplin

Ini juga menjadi penyakit yang sering menyerang para musisi di manapun berada. Hal yang kecil pun, misalnya sering telat datang ketika latihan. Janji udah sepakat jam 9 pagi untuk mulai, tapi ada aja yang datangnya molor, atau telat. Yang ada, personil lainnya ngomel deh si anu ke mana sih atau datang gak yah, dan akhirnya jam latihan jadi mundur serta suasana menjadi tidak enak ketika ngumpul karena ada yang cemberut gara-gara ada yang telat. Nah, kondisi sepele seperti ini kan bisa mengakibatkan dampak negatif di kemudian hari, misalnya, personil yang suka datang telat dianggap tidak ada komitmen pada band dan bakal berbuntut ke pemecatan. Elo-elo pada suka kondisi seperti yang di atas pada band elo? Itulah yang gue maksud adalah disiplin tepat waktu. Gue akui ini adalah penyakit kronis utama orang Indonesia setelah jantung/Stroke dan kanker. Susah yah untuk berusaha datang tepat waktu atau terlambat. Apa sebaiknya Tuhan memberi Indonesia 4 musim (panas, gugur, dingin dan semi) supaya kita bisa menghargai waktu? atau apa orang Indonesia harus selalu dicambuk seperti kebo supaya kesadarannya bangun? Udah deh, gak usah panjang lebar gue bahas, musisi yang sukses adalah musisi yang selalu datang tepat waktu dalam segala hal.

Selain disiplin waktu, ada juga masalah kedisplinan yang sering kali menjadi penyakit kronis bagi musisi. Disiplin diri yang gue tekankan di sini. Gue sering menjumpai beberapa musisi yang malas untuk latihan, baik itu bersama bandnya atau per-individu. Alasannya klasik banget yah malas lah, lagi gak ada mood, ada urusan lah, ini, itu, anu, segalanya bisa dijadikan excuse. Terutama orang Indonesia jago banget dalam membuat berbagai macam excuse, pokoknya diramu dengan kekeluargaan atau bumbu-bumbu melankolis sehingga bisa meyakinkan siapa aja. Nah, kalo yang kayak gini gak usah banyak omong deh kalo band elo bakal menjadi band yang terhebat atau menjadi musisi ternama. Bullshit tuh semuanya! cuma boasting doang. Masalah disiplin diri ini bahkan menimpa band gue. Personil gue yang dahulu orangnya paling semangat dalam mengkritik, tapi kalo disuruh latihan tiap hari secara individu, malasnya minta ampun. Bahkan selalu ngeyel kalo dikasitau, maklum, sifat keras kepalanya itu yang gak tahan. Ketika band gue latihan, gue perhatikan kalo dia tidak bisa atau bahkan kesulitan mengikutinya. Puncaknya, ketika band gue ikut acara klinik musik, dia bergabung dengan kelompok yang terdiri dari beberapa musisi. Ada salah satu gitaris ternama yang masuk dalam kelompok tersebut tiba-tiba mendatangi gue. Gitaris tersebut malah menyampaikan keluhannya kalo personil gue tersebut permainannya sama sekali tidak berkembang alias monoton sehingga tidak memberikan greget buat kelompoknya. Setelah beberapa hari gue evaluasi kejadian tersebut di atas, akhirnya gue memberhentikan personil gue tersebut.

Jadi intinya, musisi yang profesional adalah musisi yang tidak malas, selalu latihan secara individu atau dengan bandnya terutama dalam penguasaan materi lagu yang akan dibawa. Apalagi kalo band tersebut berisikan musisi yang disiplinnya tinggi, gue yakin 100% kalo band tersebut bakal memiliki sinergi yang kuat, bahkan menghasilkan musik yang berkualitas tinggi dan tidak diduga. Percaya aja deh.

c.) Gengsi

Mungkin elo-elo pada lihat gue aneh kenapa gue taruh poin ini di sini. Kenapa? banyak sekali musisi di sini yang terlena kalo mereka terkena penyakit yang bernama gengsi. Maksudnya? banyak musisi amatiran yang kelakuannya atau minta diperlakukan seperti artis ternama. Ketika manggung, mereka banyak membuat permintaan yang bukannya mendukung pihak penyelenggara acara, malah yang terjadi seringnya menyengsarakan atau menyusahkan mereka.

Gue alami tuh kasus seperti itu pada band gue yang terdahulu. Leader band gue yang doyan boasting itu merasa dirinya dan bandnya adalah yang nomor satu dan setiap permintaan yang dia layangkan ke pihak penyelenggara harus dipenuhi. Kalo tidak, dia menolak untuk pentas. Pernah dia minta dibuatkan panggung khusus untuk peralatan musiknya ke pihak penyelenggara acara musik progressive, tapi langsung ditolak karena acara tersebut berlangsung secara indoor, bukan outdoor. Dia gak pernah nyadar kalo peralatan musiknya selain banyak, ribet pula. Jadi kalo permintaannya dipenuhi, kasihan ama musisi-musisi lainnya yang juga main. Yang ada mukanya langsung cemberut dan ngambek. Ada juga musisi amatiran yang mau manggung, tapi dengan syarat, peralatan musik yang digunakan haruslah merek ternama atau berkualitas tinggi. Gue gak ngecap salah dengan anggapan tersebut, kalo permainan atau skill mereka mumpuni, justru alat musik tersebut digunakan tidak dengan sia-sia, yah kalo permainannya pas-pasan atau dibawah standar, muka mereka mau taruh di mana.

Melihat semua kondisi di atas, gue hanya bisa bilang kalo sebagai musisi, elo harus membuktikan ke semua orang kalo karya elo berkualitas atau tidak asal bikin. Itu yang cocok disebut musisi sejati.

d.) Tahu Diri

Di negara gue yang tercinta ini, banyak musisi yang doyan sekali untuk mencoba profesi lainnya seperti menjadi pemain film atau sinetron, bahkan menjadi presenter. Jika musisi tersebut punya talent di bidang lainnya itu tidak masalah dan justru mereka dianggap jenius. Kebanyakan yang ada, kalo musisi tersebut jadi pemain film atau sinetron, peran yang mereka mainkan kurang menjiwai atau bahkan asal tertawa, marah atau nangis saja udah cukup. Gue menyayangkan apa yang mereka lakukan karena dunia film itu sangat complicated dan komitmennya lebih tinggi lagi (gue tahu karena om gue telah malang melintang di dunia film). Trus mereka juga kerap kali menjadi presenter di berbagai acara di televisi. Kesannya adalah, kalo dalam bahasa Portugal “Maruk”, dalam bahasa Spanyol “Gragas”, atau dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah RAKUS. Elo tuh sebenarnya mau jadi apa sih? musisi? bintang film atau sinetron atau presenter? Udah deh, pilih aja salah satu dari bidang yang ada dan fokus aja di situ. Gue yakin elo bisa menjadi orang yang berhasil di bidang yang elo tekuni tersebut.

e.) Jujur

Kerap kali gue perhatikan kebanyakan musisi di sini, di negeri yang tercinta ini, gemar menjiplak lagu dari band atau musisi lain. Hebatnya, udah ide dari lagu tersebut dicuri, dipoles sedemikian rupa menjadi lagu yang kelihatannya orisinil. Cara tersebut kalo dalam istilah gaulnya adalah “copy and paste”. Apalagi didukung dengan kemajuan teknologi dalam dunia rekaman yang semakin pesat (say thanks to Mr. Computer), pekerjaan semakin mudah. Gak heran kalo di sekitar kehidupan elo pada, sering terdengar ucapan “Bagian depannya mirip The Police”, “Kok melodi gitarnya mirip U2″, “Keseluruhan lagunya seperti The Beatles”, mirip ini, mirip itu, mirip anu (sampai anu aja bisa mirip. Gue semakin bangga dengan negeri ini). Jelas-jelas kalo di luar negeri, ketahuan jiplak lagu orang atau curi ide lagu, bisa dituntut dengan hukuman yang cukup berat dan dendanya, wow, bisa miliaran. Penyakit jiplak-menjiplak yang menimpa musisi di negeri ini bukan hanya dilakukan oleh yang senior aja, tapi sudah merambah hingga musisi amatiran. Gue pernah mendengar hasil rekaman satu band amatiran di studio teman gue. Bagian depan lagunya mengambil bagian depan dari lagunya Led Zeppelin yang berjudul “Stairway To Heaven”. Sisanya mereka buat sendiri. Hebat sekali band amatiran ini menurut gue, bisa dengan leluasa menjiplak atau mencuri ide lagu orang. Aneh sekali di sini, isu pembajakan CD atau kaset begitu heboh diangkat ke permukaan, tetapi masalah penjiplakan lagu orang dianggap sepi. Sangat jelas kalo mencuri adalah perbuatan dosa, bahkan semua agama mengajarkan umatnya untuk tidak mencuri.

Dengan demikian, karya seni yang berkualitas tinggi adalah karya yang dihasilkan dari hati, maka musisi sejati adalah musisi yang menjadi dirinya sendiri.

f.) Terbuka

Terbuka di sini maksudnya elo bukan menanggalkan seluruh pakaian elo dan telanjang bulat, tapi untuk menjadi musisi yang berkualitas, wawasan musik elo harus luas. Tidak hanya terpaku dengan satu jenis musik saja, tetapi harus membuka diri terhadap berbagai aliran musik lainnya. Kalo elo cinta mati dengan rock, kenapa elo tidak mencoba untuk mendengarkan atau memainkan country, jazz, classic, progressive, world music, latin, gospel dan yang lainnya?

Gue jadi teringat dengan bekas personil gue. Dia maniak dengan grunge, pokoknya grunge sejati deh. Gue pernah memberikan banyak referensi musisi-musisi jazz, classic, progressive, world music, dan lainnya ke dia supaya wawasan musiknya menjadi luas. Tetapi dia enggan untuk mencobanya karena alasannya sepele: dia tidak suka dengan instrumen tiup seperti saxophone, trumpet dan sejenisnya. Akibatnya, ketika band gue latihan, dia terlihat kesulitan untuk mengejar lagu yang kami mainkan.

Contoh salah satu musisi ternama yang memiliki musikalitas yang tidak tertandingi adalah John McLaughlin, gitaris dan band leader dari grupnya, Mahavishnu Orchestra. Gitaris idola gue ini piawai memainkan jazz, fusion, rock, classic, flamenco dan bahkan dia bisa memainkan berbagai macam blues (Missisipi blues, Delta blues, dan sebagainya) serta dia juga bisa main swing dan funk. Om John ini udah kenyang berkolaborasi dengan beberapa musisi ternama seperti Miles Davis, Al Di Meola, Paco De Lucia dan lainnya, bahkan dia bisa main dengan grup orkestra musik klasik. Gimana gue gak merinding dengan musikalitasnya apalagi kalo udah dengar karyanya. Buseeeeeet !!!

g.) Tidak Ngoyo

Di sini, banyak sekali orang yang ingin menjadi musisi supaya bisa terkenal atau populer. Orang yang seperti ini sangat naif sekali, serta tidak berpikir secara jangka panjang (alias pemikirannya pendek amat). Gue sangat yakin kalo musisi yang punya pemikiran seperti di atas karirnya tidak akan bertahan lama. Bahkan orang-orang seperti ini tidak tahu apalagi tidak siap dengan konsekuensinya sebagai musisi. Buat elo-elo pada yang ingin jadi musisi, pertimbangkanlah secara matang karena tantangannya di dunia musik tidak ringan dan daya tahan elo harus kuat untuk menghadapinya. Jadi gak usah ngoyo kalo jadi musisi deh. Memilih sebagai musisi karena ingin menyerahkan hidup elo sepenuhnya untuk berkarya adalah pemikiran yang bijak (yang ngomong bukan Wong Fei Hung loh).

h.) Komunikasi

Musisi yang berperilaku baik salah satunya adalah dia tidak pernah memendam atau menyimpan apapun dalam pikirannya. Maksudnya dia selalu menyampaikannya ke rekan bandnya apapun yang terjadi. Seringkali konflik terjadi dalam band bisa berujung ke perpecahan karena kurangnya komunikasi. Masalah antar personil, masalah dalam pembuatan lagu dan masalah lainnya yang berkaitan dengan band sering dipendam dengan alasan takut menyakiti hatinya atau ini itu lah.

Baik atau buruknya informasi apapun yang berkaitan dengan band harus disampaikan secara terbuka supaya semua personil yang di situ bisa memikirkannya bersama untuk mencari solusi yang terbaik. Penting juga kalo frekuensi ngumpul bareng untuk band sebaiknya sesering mungkin (bukan kumpul kebo aja yang ditingkatkan). Cara penyampaian juga harus diperhatikan. Adalah lebih bijaksana kalo elo menunjuk kinerjanya saja yang salah dan elo memberi solusi untuk memperbaikinya supaya kesalahan yang sama tidak terulang lagi, bukannya menyerang diri yang bersangkutan.

Contohnya, si A adalah gitaris yang gemar datang terlambat latihan, akibatnya personil lainnya jadi gondok. Ketika bandnya sedang rapat, si A bukannya ditegur akibat kebiasaannya yang datang telat, tetapi malah mengungkit cerita lama si A dengan mantan pacarnya atau hal-hal pribadi lainnya. Band yang sukses adalah band yang terdiri dari musisi yang memiliki komunikasi yang baik dan berkesinambungan dengan yang lainnya.

Akhirnya, setelah panjang lebar membahas tulisan ini, ringkasnya adalah musisi yang profesional adalah orang yang memberikan waktu dan dirinya untuk menghasilkan karya yang terbaik dengan hati nurani yang tulus. SEKIAN. by Bowo C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar